Kuau Raja (Great Argus)
Argusianus argus (Linnaeus, 1766)
Deskripsi
Berukuran sangat besar. jantan (120 cm): bulu sekunder dan bulu tengah
ekor sangat panjang. Bulu sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk
mata. Bulu utama umumnya coklat karat dengan bintik kuning kerbau dan
hitam yang berpola rumit. Tubuh bagian bawah merah karat lebih gelap.
Betina (60 cm): berukuran lebih kecil dengan ekor dan bulu sayap lebih
pendek, berwarna lebih gelap, tidak ada bintik mata seperti pada jantan.
Keduanya: kulit gundul pada kepala dan leher yang biru, jambul pendek
gelap. Iris merah coklat, paruh kuning, kaki merah.
Suara
Seri nada “wau”, 20x atau lebih, sangat jelas dengan nada sama, mulai
dari nada “wau” yang turun, berangsur-angsur menjadi nada “wau” yang
naik. Jantan: meledak-ledak, dengan nada ganda nyaring “ku-wau”, sering
merupakan sahutan terhadap pohon runtuh, suara petir, atau suara jantan
lainnya.
Penyebaran dan ras
Malaysia, Sumatera dan Kalimantan.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Umum ditemukan di hutan primer dataran rendah dan hutan bekas tebangan
yang kering sampai ketinggian 1200 m, tetapi sekarang mulai jarang
karena perburuan dan kerusakan habitat. Biasanya terlihat di lantai
hutan. Jantan mengigal berupa lingkaran, tempat dibuangnya semua daun,
anak pohon dan batu. Bersuara dari tempat mengigal pada pagi hari.
Dengan gaya merak, memperagakan sayap dan ekor pada betina yang
berkunjung. Tidur di atas pohon pada malam hari. Kadang-kadang
beristirahat dan memanggil dari atas pohon pada siang hari.
Sumber: http://www.facebook.com/groups/sahabatburung/575538345798580/?ref=notif¬if_t=group_activity
Kuau Raja (Great Argus)
Argusianus argus (Linnaeus, 1766)
Argusianus argus (Linnaeus, 1766)
Deskripsi
Berukuran sangat besar. jantan (120 cm): bulu sekunder dan bulu tengah ekor sangat panjang. Bulu sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk mata. Bulu utama umumnya coklat karat dengan bintik kuning kerbau dan hitam yang berpola rumit. Tubuh bagian bawah merah karat lebih gelap. Betina (60 cm): berukuran lebih kecil dengan ekor dan bulu sayap lebih pendek, berwarna lebih gelap, tidak ada bintik mata seperti pada jantan. Keduanya: kulit gundul pada kepala dan leher yang biru, jambul pendek gelap. Iris merah coklat, paruh kuning, kaki merah.
Suara
Seri nada “wau”, 20x atau lebih, sangat jelas dengan nada sama, mulai dari nada “wau” yang turun, berangsur-angsur menjadi nada “wau” yang naik. Jantan: meledak-ledak, dengan nada ganda nyaring “ku-wau”, sering merupakan sahutan terhadap pohon runtuh, suara petir, atau suara jantan lainnya.
Penyebaran dan ras
Malaysia, Sumatera dan Kalimantan.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Umum ditemukan di hutan primer dataran rendah dan hutan bekas tebangan yang kering sampai ketinggian 1200 m, tetapi sekarang mulai jarang karena perburuan dan kerusakan habitat. Biasanya terlihat di lantai hutan. Jantan mengigal berupa lingkaran, tempat dibuangnya semua daun, anak pohon dan batu. Bersuara dari tempat mengigal pada pagi hari. Dengan gaya merak, memperagakan sayap dan ekor pada betina yang berkunjung. Tidur di atas pohon pada malam hari. Kadang-kadang beristirahat dan memanggil dari atas pohon pada siang hari.
Berukuran sangat besar. jantan (120 cm): bulu sekunder dan bulu tengah ekor sangat panjang. Bulu sayap dihiasi dengan bintik besar berbentuk mata. Bulu utama umumnya coklat karat dengan bintik kuning kerbau dan hitam yang berpola rumit. Tubuh bagian bawah merah karat lebih gelap. Betina (60 cm): berukuran lebih kecil dengan ekor dan bulu sayap lebih pendek, berwarna lebih gelap, tidak ada bintik mata seperti pada jantan. Keduanya: kulit gundul pada kepala dan leher yang biru, jambul pendek gelap. Iris merah coklat, paruh kuning, kaki merah.
Suara
Seri nada “wau”, 20x atau lebih, sangat jelas dengan nada sama, mulai dari nada “wau” yang turun, berangsur-angsur menjadi nada “wau” yang naik. Jantan: meledak-ledak, dengan nada ganda nyaring “ku-wau”, sering merupakan sahutan terhadap pohon runtuh, suara petir, atau suara jantan lainnya.
Penyebaran dan ras
Malaysia, Sumatera dan Kalimantan.
Tempat hidup dan Kebiasaan
Umum ditemukan di hutan primer dataran rendah dan hutan bekas tebangan yang kering sampai ketinggian 1200 m, tetapi sekarang mulai jarang karena perburuan dan kerusakan habitat. Biasanya terlihat di lantai hutan. Jantan mengigal berupa lingkaran, tempat dibuangnya semua daun, anak pohon dan batu. Bersuara dari tempat mengigal pada pagi hari. Dengan gaya merak, memperagakan sayap dan ekor pada betina yang berkunjung. Tidur di atas pohon pada malam hari. Kadang-kadang beristirahat dan memanggil dari atas pohon pada siang hari.
Sumber: http://www.facebook.com/groups/sahabatburung/575538345798580/?ref=notif¬if_t=group_activity