Faktor Penyebab Longsor Lahan


Faktor Penyebab Longsor Lahan
Faktor internal
            a. Genesis morfologi lereng (perubahan kemiringan dari landai ke    curam)
            b. Geologi (jenis batuan, sifat batuan, stratigrafi dan tingkat pelapukan)
ü  Jenis batuan/tanah
            Tanah tebal dengan tingkat pelapukan sudah lanjut
ü  Kembang kerut tanah tinggi :  lempung Sedimen berlapis (tanah permeabel menumpang pada tanah impermeabel)
                        Perlapisan tanah/batuan searah dengan kemiringan lereng.
ü  Tektonik dan Kegempaan
                        Sering mengalami gangguan gempa
                        Mekanisme tektonik penurunan lahan
  1. Faktor luar (eksternal)
            Morfologi atau Bentuk Geometri Lereng
¯  Erosi lateral dan erosi mundur (backward erosion) yang intensif menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng makin curam. Makin curam suatu kemiringan lereng, makin kecil nilai kestabilannya.
¯  Patahan yang mengarah keluar lereng
(Karakteristik  kawasan rawan longsor)
      Erosi lateral intensif sehingga menyebabkan terjadinya penggerusan di bagian kaki lereng, akibatnya lereng makin curam.
      Mekanisme tektonik penurunan lahan
      Dip Perlapisan sama dengan Dip Lereng
      Makin curam lereng, makin ringan nilai kestabilannya.

Pengendalian Longsor Lahan
Rekayasa Teknik 
Menghindari atau mengurangi penebangan pohon yang tidak terkendali dan tidak terencana (over cutting, penebangan cuci mangkuk, dan penjarahan)
Mengembangkan usaha tani ramah longsor lahan seperti penanaman hijauan makanan ternak (HMT) melalui sistem panen pangkas.
Rekayasa Teknik
  1. Penanaman vegetasi tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif dan dalam (evapotranspirasi intensif) bagi kawasan yang curam dan menumpang di atas lapisan impermeabel.
      Evapotranspirasi punya pengaruh yang penting terhadap besarnya cadangan air tanah terutama untuk kawasan yang berhujan rendah lapisan tanah dangkal dan sifat batuan yang tidak dapat menyimpan air
      Evapotranspirasi berperan mengurangi kejenuhan tanah agar tidak terjadi akumulasi air di lapisan impermeabel yang justru akan menjadi bahan gelincir dalam kejadian longsor lahan
Rekayasa Teknik
4. Mengurangi beban mekanik pohon-pohon yang beAsar-besarYang berakar dangkal dari kawasan yang curam dan menumpang  
di atas lapisan impermeabel
Rekayasa Teknik Membuat Saluran Pembuangan Air (SPA) pada daerah yang berhujan tinggi dan merubahnya menjadi  Saluran Penampungan  Air dan Tanah (SPAT) pada hujan yang rendah
Rekayasa Teknik  Mengurangi atau menghindari pembangunan teras bangku di kawasan yang rawan longsor  tanpa dilengkapi  SPA dan  saluran drainase di bawah permukaan tanah.  Mengurangi intensifikasi pengolahan tanah daerah yang rawan longsor.  Membuat saluran drainase di bawah permukaan (mengurangi kandungan air dalam tanah).Bila perlu, bisa dilengkapi bangunan teknik sipil/bangunan  mekanik


Pengendalian Longsor Lahan
Rekayasa sosial
  1. Memperhatikan tata ruang desa (menghindari tinggal di daerah rawan longsor)
  2. Siaga untuk mengungsi setiap musim hujan atau hari-hari akan hujan
  3. Membangun sistim peringatan dini, misal dengan kentongan / sirine
  1. Membangun / memiliki lokasi pengungsian yang telah ditetapkan/disiapkan
  2. Melakukan pengamatan / kesiagaan saat terjadi hujan secara swadaya
  3. Menambah wawasan dan kepekaan masyarakat melalui penyuluhan



      Infiltrasi :    proses  masuknya air dari permukaan ke dalam  tanah
      Perkolasi :   gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of saturation)
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Laju Infiltrasi
faktor pengaruh utama yaitu :

1. Faktor yang    mempengaruhi air untuk tinggal di suatu tempat  sehingga air mendapat kesempatan untuk berinfiltrasi

 2. Faktor yang mempengaruhi proses masuknya air ke dalam tanah
Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Laju Infiltrasi

û  Dalamnya genangan  di atas permukaan tanah dan tebal lapisan  yang   jenuh
û  Kelembaban tanah
û  Pemampatan tanah oleh curah hujan
û  Penyumbatan oleh bahan yang halus (bahan endapan)
û  Pemampatan oleh orang dan hewan
û  Struktur tanah
û  Tumbuh-tumbuhan
û  Udara yang terdapat dalam tanah
û  Topografi
û  Intensitas hujan
û  Kekasaran permukaan
û  Mutu air
û  Suhu udara
û  Adanya kerak di permukaan

PENYUSUNAN GUNA AIR TANAH
Pangkal pikir :
      Sumberdaya air tanah bersifat renewable namun bersifat terbatas dan dinamis
      Air tanah mempunyai nilai ekonomi
      Sumberdaya air milik bersama dan dikuasai oleh Negara
Perwilayahan air tanah untuk tata guna air tanah perlu mempertimbangkan :
      Perwilayahan air tanah didasarkan pada system akuifer
      Informasi mengenai keseimbangan air tanah
      Informasi potensi air tanah (kualitas dan kuantitas)
      Tingkat kerawanan air tanah terhadap pencemaran dan bahaya intrusi air laut
      Arahan pemanfaatan dan arahan konservasi air tanah
Manfaat tata guna air tanah :
      Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah serta instansi terkait dalam pengelolaan air tanah
      Sebagai arahan pemanfaatan dan konservasi
Ruang lingkup tata guna air tanah :
      Deskripsi dan deliniasi sistem air tanah
      Perhitungan dan pemetaan potensi air tanah
      Perhitungan dan pemetaan pemanfaatan air tanah
      Deliniasi daerah langka air tanah
      Perhitungan dan pemetaan air tanah dan arahan pemanfaatan air tanah
      Penyusunan rencana konservasi air tanah
Tahapan Penyusunan Tataguna Airtanah
            1. Tahap survei
            2. Tahap perhitungan potensi air tanah dan
            kebutuhan air
            3. Tahapan analisis keruangan
            4. Perencanaan pemanfaatan, konservasi dan
           pemantauan
Hutan tanaman pinus di Pulau Jawa yang dikelola Perhutani merupakan hutan tanaman dengan luasan nomor dua terbesar setelah jati dan tersebar di 28 KPH
Hutan tanaman pinus selain mempunyai peran ekonomis dari nilai kayu dan getah,  meningkatkan pendapatan penyadap sampai 61%, juga dapat  berperan secara ekologis melalui pengaruhnya terhadap daur air
Ø  Peran hutan pinus dalam tata air harus dilihat dalam
    Konteks sistem siklus air tertutup  dan dalam suatu
    Daerah Aliran Sungai (DAS)

Ø  Dalam sistem siklus air yang tertutup dalam suatu DAS
    maka jumlah air tidak pernah berkurang tetapi belum
    tentu tersedia

Ø   Peran hutan pinus dalam siklus air ditentukan oleh:
            - besarnya intersepsi, evapotranspirasi, stemflow dan
               throughfall
            - perannya dalam menyerapkan air ke dalam tanah
            - perannya dalam mengendalikan erosi – sedimentasi
            - perannya dalam mempengaruhi watak aliran air

Tanaman pinus akan aman untuk ditanam pada daerah yang mempunyai curah hujan
> 2000 mm/tahun.
Pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan 1500-2000 disarankan melakukan pencampuran dengan jenis tanaman lain yang mempunyai evapotranspirasi lebih rendah, misalnya Puspa atau Agatis.
Pada daerah dengan curah hujan sampai dengan 1500 mm disarankan tidak menanam pinus karena akan menimbulkan defisit air.
Konversi hutan pinus menjadi hutan non pinus perlu pertimbangan teknis yang berkaitan dengan curah hujan dan ketinggian tempat. 
Konversi yang secara teknis dapat dipertimbangkan apabila jumlah hujan tahunan < 2 000mm/tahun dan ada pada ketinggian tempat < 600 m dpl
 Untuk mendapat sertifikasi LEI perlu mempertimbangkan faktor-  faktor :
      Koefisien regim sungai (KRS) yang merupakan perbandingan  
       debit maksimum dan minimum
      Koefisien aliran yang merupakan perbandingan antara debit air
      yang keluar dari DAS dengan volume air (hujan) yang masuk
       kedalam DAS tersebut
      Indeks erosi yaitu perbandingan antara erosi aktual dengan  
       erosi yang diperkenankan (tolerable erosion
 sumber: bahan kuliah

ARTIKEL TERKAIT: