Teknik Pembibitan Ampupu (Eucalyptus alba)

Teknik Pembibitan Ampupu (Eucalyptus alba)
( Peper teknik manajemen bibit dan Persemaian )

Oleh :
Moses Hasibuan        0714081049
Oben                           0714081054

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009
I.  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Tanaman ampupu yang dikenal dengan nama Eucalyptus alba merupakan salah satu anggota family Myrtaceae. Tanaman ini tumbuh secara alami di Indonesia bagian timur seperti pulau Timor, Flores, Adonara, Lomblen, Pantar, Alor dan Wetar (Hardiyanto et al.1992).
Tanaman ampupu mempunyai pertumbuhan yang sangat cepat dan dapat menghasilkan kayu yang sangat ekonomis karena penggunaanya fleksibel dan dapat dijadikan bahan pulp, kayu bakar atau bahan gergajian. Selain itu daun tanaman memiliki kadar minyak yang tinggi seperti pada provenants. Mutis yang memiliki daun segar dengan minyak 101,1 mg/kg daun segar(Hakim, 1986).
Salah satu kendala yang dijumpai adalah penyiapan semai berkualitas baik dengan biaya rendahPruning akar(pemotongan akar) dimaksudkan untuk memperoleh perakaran yang kompak, lebat dan tumbuhdengan kuat sehingga biaya penanaman murah. Yang menjadi masalah ialah kerapatan tentang kedalaman pemotongan dan waktu sebelum dicabut (lama tinggal di persemasian).
Fosfor adalah unsur makro yang mampu merangsang pertumbuhan akar. Oleh karena itu subsidi fosfor yang tepat dapat merangsang pertumbuhan akar dan daun bila dikombinasikan secara terpadu dengan perlakuan pruning akar akan dapat meghasilkan pertumbuhan perakaran dengan semai yang lebih baik. Yang menjadi masalah adalah dosis fosfor yang harus diberikan pada kombinasi perlakuan ini. Penentuan fosfor secara tepat didekati dengan menggunakan larutan Hoagland(Hoagland solution).

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini adalah :
1.      Untuk memenuhi Tugas I  Teknik Manajemen Bibit dan Persemaian
2.      Untuk mengetahui lebih jauh tentang teknik pembibitan ampupu yang baik
3.      Mengetahui jenis tanaman ampupu

II. POKOK MATERI
1.      Sebaran tumbuh
Tumbuh alami d bagian timur Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Gunung Mutis Soe. Selain itu dapat ditemui ula di Pulau Timor Timur. Jenis ini tumbuh tersebar pada ketinggian 200 – 1500 m dpl dengan curah hujan 1300 – 2400 mm/tahun. Tumbuh baik pada tanah berdrainase baik dan bersifat toleran terhadap tanah padat dan asam. Jenis ini tahan terhadap api.
2.      Musim buah
Proses pembuahan dicirikan dengan mulai keluarnya bunga yang berbentuk karangan bungan (inflorence), berwarna putih. Musim bunga berlangsung antara bulan Januari hingga Maret, sedangkan buah masak dan siap dipanen pada bulan Juni hingga September pembuahan terjadi setiap tahun secara periodic.

3.      Pengumpulan benih
Buah berbentuk kapsul, jika sudah masak kapsul akan merekah benih dikatakan telah masak fisiologis jika buah sudah mulai mengeras, berwarna coklat tua dan tutup buah mulai terbuka sebagian, tetapi benih belum keluar dari buah. hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena sifat benihnya yang halus pengumpulan benih harus diunduh dengan cara memanjat pohon induknya, benih yang sudah
masak fisiologis dipetik dan dikumpulkan dalam suatu kantong, kemudian diberi label yang bertuliskan lokasi dan tangal pengunduhan. Rata-rata produksi buah setiap pohon adalah 7,92 – 11,2 kg, jika sudah dalam bentuk benih 214,7 – 358,2 gram setiap pohon. jumlah benih per kilogram berkisar antara 285.000 – 458.000.
4.      Ekstraksi benih
Untuk mengeluarkan benih dari buahnya, perlu dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari selama 4 hari, rata-rata 7 jam setiap hari. Buah yang akan diekstraksi ditempatkan dalam kotak-kotak penjemuran, bagian dasar dari kotak ini
terbuat dari kawat kasa dan di bawah kotak ditempatkan selembar kain atau plastik untuk menampung benih. Untukmemisahkan benih dari kotoran dan memilah benih
yang perlu dilakukan pengayakan dengan menggunakan ayakan yang berukuran 710 mm dan terjaring ayakan 600 mm. Karena campuran antara benih dan kotorannya cukup berimbang maka kemurnian benih rata-rata 50 %.
5.      Penyimpanan benih
Tipe benih adalah ortodoks, sehingga mampu disimpan hingga 3,5 tahun dengan kadar air awal ± 10 %, dalam ruang AC (suhu 18 – 20 °C, kelembaban 50 – 60 %) disimpan dalam wadah kedap udara (plastik atau kaleng tertutup rapat), daya kecambah setelah penyimpanan 90 %).
6.      Perkecambahan
Benih disemaikan pada bak kecambah, media semainya adalah campuran tanah top soil dan pasir dengan perbandingan 1 : 1. Campuran media ini disaring dahulu
kemudian disterilkan. Benih ditabur di atas media semai, kemudian ditutup plastik selama ± 7 hari namun tetap dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore. Penyiraman
dilakukan dengan menggunakan semprotan yang halus. Perkecambahan berlangsung antara hari ke 10 hinga 14. Kecambah normal adalah setela keluar 2 daun pertama serta terlihat sehat dan kokoh. Dari 1 gram benih yang disemaikan akan dihasilkan 750 – 1000 kecambah. Kecambah dibiarkan tumbuh dalam bak kecambah selama ± 1 bulan hingga siap disapih pada kantong plastic.
7.      Pencegahan Hama dan Penyakit
Untuk menghindari turunnya mutu benih akibat serangan hama dan penyakit, sebaiknya benih sebelum disemai atau disimpan dicampur terlebih dahulu dengan tetracylin 5 % atau benomil 5 %. Umumnya cendawan yang menyerang benih adalah Fusarium sp, Aspergillus sp. dan Gliocladium).
8.      Persemaian
Setelah semai berumur 1 bulan disapih ke dalam kantong plastik hitam ukuran 10 x 15 cm, yang telah dilubangi dasarnya,kemudian diisi dengan media campuran tanah top soil dan pupuk kandang (perbandingan 1 : 1) yang telah dicampur dengan furadan. Sapihan diletakkan di bedeng persemaian ukuran 1 x 5 cm, yang dinaungi shading net dengan pencahayaan 50%. Bibit disiram setiap hari pagi dan sore hari terutama jika tidak turun hujan. Bersihkan dari gulma pengganggu, jika terlihat serangan hama (ulat atau insek lainnya) dapat disemprot dengan fungisida. Bibit siap tanam di lapangan setelah berumur 3 bulan di persemaian atau tinggi bibit telah mencapat 20 – 30 cm.  ( Sumber : Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Balai Teknologi Perbenihan, Departemen Kehutanan R.I)

 Sumber Gambar: http://ensiklopediakehutanan.blogspot.com

III. PENBAHASAN.

Berdasarkan analisis yang telah kami lakukan, dari keterangan dalam peper kami bahwa penyebaran  dari ampupu ini sendiri Tumbuh alami d bagian timur Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Gunung Mutis Soe Selain itu dapat ditemui ula di Pulau Timor TimurJ dapat kita ketahui pulajenis ini tumbuh tersebar pada ketinggian 200 – 1500 m dpl dengan curah hujan 1300 – 2400 mm/tahun. Tumbuh baik pada tanah berdrainase baik dan bersifat toleran terhadap tanah padat dan asam. Jenis ini tahan terhadap api.
Dari hasil yang tertera dalam materi teknik pembibitan ampupu ini harus di lakukan dengan telaten dalam pembibitan harus menetahui bibit atau benih yang akan di semai apakah dalam keadaan yang baik atau masak pisiologis buah yang masak fisiologis yaitu
Buah berbentuk kapsul, jika sudah masak kapsul akan merekah benih dikatakan telah masak fisiologis jika buah sudah mulai mengeras, berwarna coklat tua dan tutup buah mulai terbuka sebagian, tetapi benih belum keluar dari buah. hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena sifat benihnya yang halus pengumpulan benih harus diunduh dengan cara memanjat pohon induknya.
Sedangkan Pada Proses pembuahan dicirikan dengan mulai keluarnya bunga yang berbentuk karangan bungan (inflorence), berwarna putih. Untuk mengeluarkan benih dari buahnya, perlu dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari selama 4 hari, rata-rata 7 jam setiap hari. Buah yang akan diekstraksi ditempatkan dalam kotak-kotak penjemuran, bagian dasar dari kotak ini terbuat dari kawat kasa dan di bawah kotak ditempatkan selembar kain atau plastik untuk menampung benih
Untuk Penyimpanan benih tipe benih adalah ortodoks, sehingga mampu disimpan hingga 3,5 tahun dengan kadar air awal ± 10 %, dalam ruang AC (suhu 18 – 20 °C, kelembaban 50 – 60 %) disimpan dalam wadah kedap udara (plastik atau kaleng tertutup rapat), daya kecambah setelah penyimpanan 90 %). Benih disemaikan pada bak kecambah, media semainya adalah campuran tanah top soil dan pasir dengan perbandingan 1 : 1. Campuran media ini disaring dahulu kemudian disterilkan. Benih ditabur di atas media semai, kemudian ditutup plastik selama ± 7 hari namun tetap dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore.
Demikianlah pembahasan yang bisa kami sampaikan mungkin banyak kekurangan kimi mohon maaf kepada allah kami mohon ampun.. wasalammualaikum wr wb.

IV. KESIMPULAN

Setelah kami mengnalisis peper yang telah kami buat maka di dapat Kesimpulan yaitu sebagai berkut 
1.      kami mengetehui bahwa Tipe benih pada ampupu (Eucalyptus alba) bersifat ortodoks
2.      Untuk mengeluarkan benih dari buahnya, perlu dilakukan penjemuran di bawah sinar matahari selama 4 hari, rata-rata 7 jam setiap hari
3.      kami dapat mengetahui Cendawan yang biasa menyerang benih adalah Fusarium sp, Aspergillus sp. dan Gliocladium
4.      pada Pembuahan dicirikan dengan mulai keluarnya bunga yang berbentuk karangan bungan (inflorence), berwarna putih.

DAFTAR PUSTAKA


ARTIKEL TERKAIT: