Kualitas Kayu Jabon
kayu jabon : Di sebagian kalangan masyarakat, masih banyak yang mempertanyakan mengenai bagaimana sebenarnya kualitas kayu Jabon
ini. Hal ini wajar terjadi, mengingat selama ini persepsi masyarakat
mengenai kayu industri hasil budidaya masih dikuasai oleh kayu sengon.
Dan mengingat adanya beberapa kondisi negatif yang ditemui dalam
proses penanaman kayu sengon ini, muncul keraguan akan kualitas kayu jabon.
Di kalangan pedagang kayu pun, ada yang masih takut bahwa tren penanaman kayu jabon
ini hanya sekedar permainan pasar oleh cukong-cukong kayu saja.
Kondisi ini dilandasi oleh fenomena yang pernah muncul ketika tren
tanaman hias Anturium Jenmanii terjadi di tengah masyarakat.
Ketika
itu, harga sebuah pohon Anturium Jenmanii bergejolak sangat
fluktuatif. Beberapa tanaman bahkan sempat dijual dengan harga yang
diluar akal sehat. Mengingat, tanaman Jenmanii bukanlah sebuah tanaman
yang memiliki sifat fungsional selain hanya sebagai tanaman hias
semata.
Namun perlu diingat kembali, bahwa Jabon bukanlah sebuah komoditi seperti tanaman Jenmanii. Ada nilai ekonomis yang bisa didapatkan dari pembudidayaan tanaman Jabon ini, yang bisa menghilangkan ketakutan akan stigma permainan cukong kayu tersebut.
Apalagi jika kita mengingat sejarah di masa lalu, di mana tanaman Jabon ini sempat menjadi salah satu jenis tanaman yang sangat dilindungi pada masa penjajahan Belanda. Hal in menjadi bukti, bahwa Jabon termasuk jenis tanaman yang diakui memiliki kualitas dan potensi yang bagus untuk mendukung sektor industri.
Pada saat ini, kayu Jabon merupakan salah satu bahan baku andalan dalam industri kayu lapis. hal ini mengingat karena kayu Jabon memiliki beberapa kelebihan. Seperti bentuk kayu jabon
yang lurus, dengan warna kayu teras berwarna putih. Tekstur Jabon yang
bervariasi mulai agak halus sampai agak kasar dengan arah serat lurus.
Kayu jabon juga terhitung mudah dikeringkan. Dengan pengeringan alami,
membutuhkan waktu 38 hari sementara dengan alat pengering dianjurkan
menggunakan suhu 57-76,5 derajat.
Kelebihan
lain dari jabon adalah, pada saat dikeringkan hanya menimbulkan
sedikit cacat berupa pecah dan retak dengan ujung yang sedikit
mencekung. Sehingga hal ini menyebabkan tidak terlalu banyak bagian
kayu jabon yang terbuang untuk digunakan sebagai bahan pembuat kayu
lapis.
Selain itu, jabon juga mudah untuk direkatkan. Perekatan venir kayu jabon
dengan menggunakan Lem UF (Ureaformaldehid), menghasilkan kayu lapis
yang memenuhi persyaratan standar Indonesia, Jepang dan Jerman. Jabon
juga dipilih sebagai bahan baku kayu lapis, karena mudah dikupas. Sudut
kupas yang bisa dihasilkan adalah 92o untuk tebal veneer 1,5 mm.
Selain
itu, pada saat penanaman kita sudah bisa pula melihat kelebihan
tanaman Jabon dibandingkan jenis lain, seperti sengon. Kelebihan yang
menunjukkan kualitas Jabon sebagai kayu andalan tersebut adalah
ketinggian yang bisa dicapai selama masa penanaman. Pada usia 5 tahun,
sebuah pohon Jabon
bisa mencapai ketinggian 40-45 meter. Di mana dengan ketinggian
tersebut, batang bebas cabangnya mencapai ketinggian 30 meter.
Jika
dibandingkan dengan sengon sebagai sesama tanaman kayu budidaya, Jabon
masih sedikit memiliki kelebihan. Hal ini bisa terlihat dari tingkat
kelas keras di mana Jabon berada di level III-IV, sementara sengon
berada di level IV. Demikian pula dalam berat jenis rata-rata kayu.
Jabon memiliki berat jenis rata-rata kayu sebesar 0,42 sedangkan sengon
hanya 0,33. Jika dibandingkan dengan tanaman Jati Putih yang menjadi
favorit masyarakat, Jabon tidak memiliki selisih terlalu banyak karena
berat jenis rata-rata kayu pada jati putih adalah 0,44.
Namun
dari sekian banyak kelebihan yang dimiliki oleh Jabon, satu hal yang
menjadi kelebihan mencolok dari tanaman ini adalah kemudahan dalam
proses pembudidayaannya. Kondisi lahan yang dibutuhkan Jabon untuk
tumbuh dan berkembang tidaklah terlalu rumit dan membutuhkan situasi
yang khusus.
Inilah yang menjadikan semua orang bisa dimungkinkan untuk menanam Jabon
pada lahan yang dimilikinya. Baik itu lahan yang subur, maupun lahan
yang sudah tergolong kritis. Titik ketinggian lahan juga tidak
mempengaruhi proses penanaman, mengingat Jabon bisa ditanam pada lahan
yang berketinggian hingga 1200 meter di atas permukaan laut. Itulah
mengapa, masyarakat di berbagai wilayah baik di dataran rendah maupun
pegunungan, memiliki kesempatan yang sama untuk membudidayakan tanaman
Jabon ini.